si penulis?

si penulis?

Tuesday 31 July 2012

Description is Action

Kali ini aku mau membahas tentang description atau action di dalam sebuah skenario. Ilmunya didapat dari menonton film, baca naskah orang, dan diskusi dengan temen-temen yang udah lebih jago di dunia penulisan skenario ^_^...

Lain dengan sinetron atau ftv atau film di Indonesia, penulisan deskripsi aksi di naskah luar negeri sudah jauh lebih detail.

Deskripsi aksi dalam naskah sebetulnya adalah menuliskan apa yang kita bayangkan. Pak Aris Nugraha menjelaskan dalam penulisan deskripsi sebuah naskah harus dengan kata kerja bukan kata sifat.

Contoh1:

Int. Ruang Tengah. Pagi
Dina keluar dari kamarnya, dia menutup pintu di belakangnya lalu berdiri bingung melihat apa yang ada dihadapannya.

Contoh2:

Int. Ruang Tengah. Pagi
Dina keluar dari kamarnya, dia menutup pintu dibelakangnya. Dina berdiri di depan pintu kamarnya, mengerenyitkan dahi, matanya melotot, mulutnya terbuka, melihat sesuatu di hadapannya.

Perhatikan yang digaris bawahi. Ketika aktor membaca kalimat tersebut, kira-kira mana yang lebih mudah diperagakan, contoh1 atau contoh2?

Contoh1, membuat aktor harus menginterpretasikan sendiri bagaimana si tokoh utama ketika dalam kebingungan. Contoh2, aktor sudah bisa menilai sifat tokoh utama ketika dalam kebingungan. Bagaimana bisa? ya karena sudah dijelaskan reaksi tokoh utama ketika dia berada dalam keadaan 'bingung'.

Di contoh2, terlihat Dina orangnya agak lebay, karena bingung aja sampai membuka mulut. Lain halnya kalau Dina adalah orang pendiam, mungkin yang dilakukan Dina adalah

Contoh3:

Int. Ruang Tengah. Pagi
Dina keluar dari kamarnya, dia menutup pintu dibelakangnya. Dina berdiri di depan pintu kamarnya, mengerenyitkan dahi, matanya memicing dan sedikit memiringkan kepala, melihat sesuatu di hadapannya.

Bagaimana dengan contoh3, apakah terasa perbedaannya?

Hal-hal inilah yang dimainkan seorang penulis dalam menulis skenario. Pertama, seorang penulis harus mengerti karakter tokohnya. Kemudian menuliskannya dalam kalimat kerja, bukan sifat. Namun sayangnya, karena industri sinetron, ftv dan film yang kejar tayang, hal ini sering terlupakan. Akibatnya? Terlihat pada akting aktor2nya, yang sama pada setiap reaksi ^_^...

coba aja perhatikan: kalau bingung pasti mengernyitkan dahi, kalau kaget pasti teriak, kalau sedih pasti nangis, kalau marah pasti melotot, dan lain sebagainya ...

 ---

Selain bentuk kata kerja pada deskripsi aksi, deskripsi dalam sebuah skenario yang paling penting kedua adalah deskripsi ruang. Bagaimana deskripsi ruang bisa berpengaruh pada sebuah skenario?

postingan berikutnya deh yah, ^_^...