si penulis?

si penulis?

Friday 7 September 2012

mediCalie [Script Example]

Dari kemarin, perasaan teori terus yah? Kalau gitu, silahkan cek contoh skenario yang iseng-iseng aku tulis untuk serial web. Masih banyak kekurangan pasti, tentu saja karena naskah ini belum melalui proses reading dan atau supervisi produksi. Tapi secara rangka cerita sepertinya aku rasa sudah bisa dipublikasikan. Lebih lengkapnya cek link berikut

mediCalie

oleh ilma f dan dea basori.

enjoy! :D

Tuesday 7 August 2012

Publishing Your Work!

Ini posting tentang networking!

Baca tulisanku sebelumnya, yang tentang seminar dari Joko Anwar. Dia sempet ngasih tau para peserta mengenai cara masuk dalam bisnis film. Caranya adalah dengan networking.

Tapi... tunggu dulu, maksudnya bukan berarti kita harus kenal dengan orang-orang film, bukan berarti kita harus datengin tiap premier film terus nodong minta kenalan dengan produsernya, atau bukan berarti kita harus nongkrong di tempat dugem yang sama dengan tempat dugem orang-orang film. Well, boleh juga sih, tapi sebenarnya ada banyak cara lain yang lebih keren tanpa harus 'memaksakan' diri menjadi orang lain. :)

Caranya banyak, sekarang ini kan jamannya media sosial. So, kenapa gak kita pakai media sosial itu dengan baik. Bisa dengan follow twitter para produser, jadi kita bisa pelajari bagaimana mereka merencanakan proyek, atau pura-pura deket di FB atau Linkedn atau google+ add mereka sekedar fyi :).Dan lain sebagainya...

Lalu cara mana yang aku pakai? yup, cara menulis dan publish di blog!

Loh, katanya jangan pernah publish tulisan, baik itu sinopsis, ide, cerpen, skrip di blog pribadi! Katanya nanti bisa dicuri. Katanya nanti kalau ternyata sinopsisnya jelek, orang yang baca pasti gak akan mau balik lagi ke blog kita, boro-boro dapat jaringan, yang ada malah nama kita diblacklist.

Yah, itu semua kan katanya. Yang pasti sebelum kita publish atau cukup pede untuk mengatakan bahwa kita sudah bisa menulis, kita harus tahu tulisan mana yang bisa dipublish. Jangan sembarangan publish! :)

Maksudnya, publishlah tulisan yang kita tulis tetapi yang sudah teruji keabsahannya, (agak lebay, hehehe). Artinya, usahkan kita minta komentar dari orang-orang sekitar kita dulu. Lihat feedbacknya, apa mereka suka? Apa mereka bilang kurang? Apa yang butuh diperbaiki? Lalu kita edit secukupnya, baru kita publish.

Sistemnya sama persis ketika seorang penulis buku ingin menerbitkan buku. Setelah draft jadi, tentu masuk ke bagian editor terlebih dahulu, baru bisa terbit.

Dengan mempubliskan tulisan kita di blog, atau media apapun, orang bisa menilai apa yang bisa kita kerjakan. Bukan mustahil dari situlah kita bisa mendapatkan jaringan atau kenalan kan?

^_^

Terus, mana tulisanku? postingan berikutnya yah, aku akan publish skenario yang pernah aku tulis saat sedang belajar sama orang-orang hebat seperti Mba Sekar Ayu Asmara, Pak Armantono dan lainnya. :)

See, yaa...

Tuesday 31 July 2012

Description is Action

Kali ini aku mau membahas tentang description atau action di dalam sebuah skenario. Ilmunya didapat dari menonton film, baca naskah orang, dan diskusi dengan temen-temen yang udah lebih jago di dunia penulisan skenario ^_^...

Lain dengan sinetron atau ftv atau film di Indonesia, penulisan deskripsi aksi di naskah luar negeri sudah jauh lebih detail.

Deskripsi aksi dalam naskah sebetulnya adalah menuliskan apa yang kita bayangkan. Pak Aris Nugraha menjelaskan dalam penulisan deskripsi sebuah naskah harus dengan kata kerja bukan kata sifat.

Contoh1:

Int. Ruang Tengah. Pagi
Dina keluar dari kamarnya, dia menutup pintu di belakangnya lalu berdiri bingung melihat apa yang ada dihadapannya.

Contoh2:

Int. Ruang Tengah. Pagi
Dina keluar dari kamarnya, dia menutup pintu dibelakangnya. Dina berdiri di depan pintu kamarnya, mengerenyitkan dahi, matanya melotot, mulutnya terbuka, melihat sesuatu di hadapannya.

Perhatikan yang digaris bawahi. Ketika aktor membaca kalimat tersebut, kira-kira mana yang lebih mudah diperagakan, contoh1 atau contoh2?

Contoh1, membuat aktor harus menginterpretasikan sendiri bagaimana si tokoh utama ketika dalam kebingungan. Contoh2, aktor sudah bisa menilai sifat tokoh utama ketika dalam kebingungan. Bagaimana bisa? ya karena sudah dijelaskan reaksi tokoh utama ketika dia berada dalam keadaan 'bingung'.

Di contoh2, terlihat Dina orangnya agak lebay, karena bingung aja sampai membuka mulut. Lain halnya kalau Dina adalah orang pendiam, mungkin yang dilakukan Dina adalah

Contoh3:

Int. Ruang Tengah. Pagi
Dina keluar dari kamarnya, dia menutup pintu dibelakangnya. Dina berdiri di depan pintu kamarnya, mengerenyitkan dahi, matanya memicing dan sedikit memiringkan kepala, melihat sesuatu di hadapannya.

Bagaimana dengan contoh3, apakah terasa perbedaannya?

Hal-hal inilah yang dimainkan seorang penulis dalam menulis skenario. Pertama, seorang penulis harus mengerti karakter tokohnya. Kemudian menuliskannya dalam kalimat kerja, bukan sifat. Namun sayangnya, karena industri sinetron, ftv dan film yang kejar tayang, hal ini sering terlupakan. Akibatnya? Terlihat pada akting aktor2nya, yang sama pada setiap reaksi ^_^...

coba aja perhatikan: kalau bingung pasti mengernyitkan dahi, kalau kaget pasti teriak, kalau sedih pasti nangis, kalau marah pasti melotot, dan lain sebagainya ...

 ---

Selain bentuk kata kerja pada deskripsi aksi, deskripsi dalam sebuah skenario yang paling penting kedua adalah deskripsi ruang. Bagaimana deskripsi ruang bisa berpengaruh pada sebuah skenario?

postingan berikutnya deh yah, ^_^...