si penulis?

si penulis?

Wednesday 13 July 2011

Konsistensi karakter

Beruntung banget, minggu lalu aku bisa ikut gabung meeting sama orang-orang yang memang kompeten di dunia hiburan. Dari meeting itu kemudian aku dapat pelajaran baru. Pelajaran tentang karakter.

Bagaimana membuat karakter dengan benar? bagaimana menghidupkan karakter tersebut dan bagaimana karakater tersebut harus konsisten?

Sebenarnya membuat karakter adalah bebas sebebas-bebasnya. Karakter akan terbentuk sesuai dengan cerita yang kita bangun. Apakah tokoh utama lahir di bulan mei? apakah tokoh utama bisa bicara bahasa inggris dengan baik? itu semua tergantung dari ceritanya, apakah kita perlu seorang tokoh yang lahir di bulan mei? misalkan, ceritanya tentang seorang anak yang lahir ketika reformasi mei 1998, maka jika kita harus membuat tokoh yang lahir di bulan mei. apakah kita perlu membuat tokoh kita bicara bahasa inggris? maka yang perlu diperhatikan adalah apakah ceritanya membutuhkan tokoh yang bisa bahasa inggris?

Tapi yang paling penting ada ke-konsistenan, kesetiaan penulis terhadap karakter yang sudah dibangun tersebut. terkadang penulis skenario melupakan sifat karakter utama, jika demikian maka dialog yang akan diucapkan pemain nantinya akan terasa aneh. hal itu gawat, karena akibatnya para pemain harus melakukan improvisasi. kalau sudah begitu, apa yang kita tulis semua akan sia-sia.

Dari meeting minggu kemarin, salah seorang anggota meeting bicara tentang bagaimana seorang penulis juga sebaiknya belajar berakting. Hal ini penting karena agar ketika kita menulis kita bisa merasakan dialog yang kita tulis. Bener juga sih, tapi kalau begitu repot juga. soalnya penulis harus bisa memerankan semua karakter yang ada di naskah sedangkan para pemain tidak. hehehe...

haha, yah kalau mau bagus ya memang harus begitu. sama seperti menulis novel, penulis harus bisa merasakan karakter yang dia tulis. kalau nggak, karakter yang dibuat akan terasa hambar dan tidak hidup.

temenku seorang novelis (Mba henny fiximix) pernah cerita bahwa ketika dia menulis sebuah novel, dia bisa merasakan darah dan daging si karakter yang dia ciptakan. nggak heran makanya, pada saat kita baca novel juga kita bisa merasakan kehadiran si karakter tersebut.

Tapi lain kepentingannya dengan menulis karakter untuk skenario. Karena pada akhirnya, skenario itu akan diperankan oleh seseorang. pertanyaannya apakah skenario yang kita tulis tersebut dapat dengan baik diperankan oleh orang tersebut? . ya memang, masalah tersebut akan selesai oleh seorang casting director. tapi guruku, Aris nugraha, pernah mengajari cara membuat karakter. begini kira-kira: biasanya para pemain itu punya ciri khas tersendiri. nah sebagai penulis kita harus bisa mengeluarkan potensi-potensi menarik dari para pemain tersebut. potensi-potensi itulah yang lantas kita tuliskan atau tambahkan pada karakter cerita yang kita buat agar karakternya bisa lebih hidup.

dengan begitu, karakter yang kita buat bisa dengan pas dimainkan oleh si pemain. nah, lalu apa sih yang dimaksud dengan membuat karakter? di postingan berikutnya yah, udah jam 11 malem, ^_^

0 comments:

Post a Comment